Sulit Akses Jalan Ke UPT Batu Ampar, Wamen Viva Yoga: Semua Masalah Segera Kita Tuntaskan


 

 


BENGKULU - Alqantaranews.id - Bagi orang yang pertama kali ke Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Batu Ampar, Kecamatan Kedurang, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, pasti akan kaget. Jalan menuju ke sana berupa tanah, bebatuan, kerikil, dan berlumpur bila tergenang air atau saat hujan.

Tak hanya itu, ruas jalan ada yang berkelok dan kerap dijumpai tanjakan dan turunan yang curam sehingga kendaraan yang melintas di sana sepertinya hanya mobil double gardan. Bila hendak ke sana seolah-olah kita sedang ‘off road’ dengan medan extrim.

 


Meski jalan tanah yang terjal ditambah dengan kondisi alam di antara perkebunan sawit dan semak belukar yang mengepung pemukiman, hal demikian tidak membuat Triyono patah semangat dalam menjalani hidup sebagai seorang transmigran. Pria asal Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, itu mengakui kali pertama menempati unit pemukiman itu merasa shock, “jalannya di antara tebing yang curam”, ujarnya.

Seiring perjalanan waktu di mana ia ditempatkan mulai Desember 2023 hingga sekarang, dirinya sudah bisa beradaptasi bahkan betah dengan suasana yang ada. “Di sini tanah harapan saya”, ungkapnya. Triyono saat ini menjadi petani kopi, kelapa sawit, hingga menanam sayuran dan cabai. Hasil kebunnya dijual pada pengepul yang ada di Suka Rame. Dikatakan dalam beraktivitas, ia menggunakan sepeda motor. Motor yang dimiliki disebut kuat menanjak sebab katanya sudah biasa dengan jalan yang terjal.



Triyono merupakan salah satu transmigran di antara puluhan transmigran dan keluarganya yang menyambut kedatangan Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi di Balai Pertemuan Batu Ampar, 10/9/2025. Viva Yoga datang  bersama dengan Bupati Bengkulu Selatan Rifai Tajudin, Pj Sekda Provinsi Bengkulu Herwan Antoni, Forkompida Bengkulu Selatan serta dinas terkait baik kabupaten maupun provinsi.

Di hadapan transmigran dan keluarganya, Viva Yoga mengatakan transmigrasi untuk memindahkan penduduk dari daerah yang padat ke kawasan yang longgar, tujuannya untuk menjaga tanah air dan memperkuat NKRI. “Dengan adanya penduduk di kawasan yang sepi dan senyap, wilayah tanah air kita terjaga”, ujarnya.  “Transmigran yang berasal dari Nganjuk, Semarang, Purwakarta, Kuningan, dan Madiun berbaur dan bersatu di tempat ini sehingga memperkokoh persatuan bangsa”, tambahnya.


Transmigrasi di Bengkulu Selatan dimulai sejak tahun 1979. Kawasan transmigrasi yang ada berkembang menjadi desa dan kecamatan definitif serta menjadi sentra pertanian. Di Batu Ampar menurut Viva Yoga ada 33 kepala keluarga. “UPT ini masih dalam pembinaan”, ujarnya. Meski dalam pembinaan, Kementerian Transmigrasi segera menuntaskan kebutuhan para transmigran.

Lahan-lahan yang diberikan saat ini dalam proses sertipikati menjadi SHM. Dari 77 bidang lahan yang hendak disertipikati, tinggal 22 bidang dalam proses selesai. “Kita tuntaskan tahun ini”, ujarnya. “Apabila ada yang belum mendapatkan sertipikat SHM, segera lapor ke Kementerian Transmigrasi”, tegasnya.

Dalam kunjungan tersebut, Viva Yoga memberikan bantuan dari dana APBN TA 2025 sebesar Rp4,5 miliar. Dana yang digelontorkan itu untuk renovasi sekolah, pengadaan toilet dan air bersih, pembangunan jalan non status penghubung desa sepanjang 2 km. Dengan bantuan sebesar itu diharap masalah akses jalan yang seperti jalur off road itu terselesaikan.

Ketika UPT Batu Ampar dibangun, rumah transmigran disokong dengan panel-panel surya untuk mensuplai kebutuhan listrik. Dalam perjalanan waktu keberadaan panel surya itu ada yang masih berfungsi ada pula yang tidak. Saat ini transmigran di sana mengakui di UPT belum ada listrik.

Menanggapi hal yang demikian, Viva Yoga mengatakan dirinya sudah dua kali berkoordinasi dengan Kementerian ESDM. “Saya berkoordinasi langsung dengan Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung untuk membahas program Listrik Masuk Desa”, ujarnya. Kementeriaan Transmigrasi sudah mendaftarkan 55 desa transmigran yang perlu dialiri listrik. “Bila ada data baru desa transmigrasi yang belum dialiri listrik, datanya akan kita serahkan ke Kementerian ESDM lagi”, ujarnya.

Dengan program Listrik Masuk Desa dan dirinya sudah berkoordinasi langsung dengan Yuliot Tanjung maka masalah penerangan di Batu Ampar akan teratasi. “Jadi masalah yang teratasi di Batu Ampar tidak hanya listrik namun juga jalan, status tanah, air bersih, dan yang lainnya”, ujar mantan Anggota Komisi IV DPR itu.

Editor :  Andi Pooja 

Tim Redaksi :  Rosdiana Hadi,S.Sos

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak