BNPB SUMUT Mencatat Total 1.5 Juta Jiwa di 50 Kabupaten Terdampak Langsung Bencana Alam

 BNPB SUMUT  Mencatat  Total 1.5 Juta Jiwa di 50 Kabupaten Terdampak Langsung Bencana Alam 



SUMATERA - Alqantaranews.id - Di antara kepulan kabut dan aroma   yang menguar dari sungai-sungai yang tak lagi jinak, Sumatera pagi itu seperti tubuh yang kehilangan setengah nyawanya. Air surut, tetapi duka belum. Bumi kembali terbuka, tetapi duka belum bumi kembali terbuka, tetapi banyak nama tidak kembali

Selasa 2/12/25  BNPB mencatat 604 orang meninggal, 464 masih hilang, dan 2.600 luka-luka. Total 1,5 juta jiwa di 50 kabupaten terdampak langsung. Sebuah tabulasi penderitaan yang perlahan berubah menjadi atlas bencana.

Jejak Air di Tubuh Pulau

Di Aceh Singkil, seorang relawan memungut buku tulis dari genangan. Halamannya robek, huruf-hurufnya luntur. “Seperti ingatan kita soal hutan,” gumamnya.

Di Sumatera Barat, bukit-bukit yang digunduli perkebunan sawit menjadi runtuhan lumpur yang menyapu dua kampung hingga rata tanah.

Di Bengkulu, jembatan penghubung desa terputus, mengambang di atas air seperti sisa-sisa janji pembangunan yang tak pernah ditepati.

Kepala BPBD Sumatera Utara, Hendra Syafril, mencoba merangkum tragedi itu dalam satu kalimat:

“Ini bukan hanya bencana alam. Ini cermin dari apa yang kita abai selama bertahun-tahun.”

SAR Berkejaran dengan Jam yang Mengapung

Tim SAR gabungan bekerja dalam ritme yang tak manusiawi—24 jam penuh, sementara hujan turun seperti ancaman yang tak pernah benar-benar pergi.


152 titik jalan di lima provinsi terputus.

72 jembatan runtuh.

2.700 pos pengungsian berdiri seadanya.

140 desa belum dapat diakses kendaraan roda empat pada Hari ke-3.

Helikopter TNI dan Basarnas menurunkan logistik dengan winch yang berputar lambat, seperti detik jam yang letih. Di salah satu lokasi, bayi berusia lima bulan diberi susu formula dari sendok karena botolnya hanyut.

Data yang Menjelaskan: Mengapa Luka Ini Begitu Dalam?

1. Curah Hujan Ekstrem

BMKG mencatat anomali curah hujan 280–320 mm/24 jam, melampaui batas ambang banjir besar 200 mm.


2. Krisis Deforestasi

Sejak 2015, Sumatera kehilangan 2,8 juta hektare hutan, setara separuh luas Pulau Jawa.

Sebanyak 40% DAS Sumatera masuk kategori kritis.

486 titik tambang dan kebun berada dalam radius rawan longsor.

3. Permukiman di Zona Merah

Data BIG dan KLHK mengungkap 27 ribu keluarga tinggal di lembah sungai dan kaki bukit yang secara geologi tak stabil.

Seorang ahli geologi Universitas Lampung, Dr. Damas Wibowo, mengingatkan:

“Longsor itu bukan kejutan. Ia konsekuensi. Dan konsekuensi selalu datang tepat waktu.”

Ekonomi yang Terkapar di Bawah Lumpur

BNPB menghitung kerugian sementara Rp 12,7 triliun. Rinciannya:


Perumahan: 138 ribu unit rusak/hanyut

Infrastruktur jalan & jembatan: Rp 4,1 triliun

Sawah & kebun: 57 ribu hektare gagal panen

Fasilitas pendidikan & kesehatan: 312 unit rusak

Namun angka itu tak mampu mengukur kerugian yang tak kasat mata:

anak-anak yang kehilangan sekolah, keluarga yang kehilangan ruang keluarga, pedagang yang kehilangan modal, dan para buruh harian yang kehilangan hari.

Suara-Suara dari Tanah Basah

Di pengungsian Talamau, seorang bapak memandangi sendal kecil di tangannya, sandal milik putrinya yang belum ditemukan. “Saya tidak tahu harus berharap apa,” katanya pelan.

Kalimat itu menggantung seperti hujan yang tertahan di langit gelap.

Seorang relawan, wajahnya hitam oleh debu helikopter, berbisik,

“Yang paling berat bukan mengangkat korban. Yang paling berat adalah menatap keluarga mereka.”

Di sebuah posko Aceh Barat Daya, anak-anak bermain kapal-kapalan dari gelas plastik, mungkin karena mereka belum mengerti bahwa kapal asli sudah membawa pergi sebagian hidup mereka.

Bencana selalu mengajarkan: manusia kuat bertahan, tetapi rapuh diingatkan.

Solusi untuk Negara yang Sedang Belajar Mengerti

Pemerintah pusat menyiapkan langkah strategis:


1. Rehabilitasi DAS Prioritas

125 ribu hektare ditargetkan pulih dalam 3 tahun.


2. Relokasi Permanen Zona Merah

27 ribu keluarga dipindahkan ke kawasan aman dengan desain rumah tahan banjir.

3. Sistem Peringatan Dini Terintegrasi AI

Diluncurkan awal 2026, berbasis data radar cuaca dan satelit Lapan.


4. Moratorium Izin di Area Penyangga

Semua izin perkebunan & tambang di hulu sungai ditinjau ulang.


5. Infrastruktur Tahan Bencana

Jembatan modular, jalur evakuasi, dan bangunan publik standar geologi baru.


Kepala BNPB Letjen Suharyanto berkata tegas:

“Kalau kita hanya menolong hari ini, kita akan menangis lagi tahun depan. Negara harus berubah.

Alam yang Menagih Pertanggungjawaban

Bencana ini seperti sebuah surat panjang dari alam—ditulis dengan air, lumpur, dan kehilangan. Kita membaca surat itu terlambat. Tetapi mungkin tidak sepenuhnya terlambat untuk menjawabnya.

Sumatera, meski basah oleh duka, tetap berdiri. Para ibu tetap memasak di dapur darurat, para bapak membangun tenda tambahan, anak-anak masih berlari walau tanpa sepatu.

Ada sesuatu yang tak pernah hanyut: keberanian untuk memulai kembali.(*)

Editor : Andi Pooja

Pemimpin Redaksi  : Rosdiana Hadi,S.Sos

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak